Kamis, 23 Mei 2013

cacat las


cacat cacat las pada proses pengelasan

Cacat las / defect weld adalah suatu keadaan hasil pengelasan dimana terjadi penurunan kualitas dari hasil lasan. Kualitas hasil lasan yang dimaksud adalah berupa turunnya kekuatan dibandingkan dengan kekuatan bahan dasar base metal, tidak baiknya performa / tampilan dari suatu hasil las atau dapat juga berupa terlalu tingginya kekuatan hasil lasan sehingga tidak sesuai dengan tuntutan kekuatan suatu konstruksi. Terjadinya cacat las ini akan mengakibatkan banyak hal yang tidak diinginkan dan mengarah pada turunnya tingkat keselamatan kerja, baik keselamatan alat, pekerja, lingkungan dan perusahaan. Di samping itu juga secara ekonomi akan mengakibatkan melonjaknya biaya produksi dan akan mengakibatkan kerugian. Menurut American Socety Mechanical Engineers ( ASME ), penyebab cacat lasan dapat dibagi menjadi beberapa faktor antara lain :
·         1. Kurang mendukungnya lokasi pengerjaan
·         2. Kesalahan operator
·         3.  Kesalahan teknik pengelasan
·         4. Kesalahan material

Secara umum cacat las dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
·         1. Rounded indication atau cacat bulat
2. Merupakan cacat las yang diperbolehkan apabila dimensi / ukuran panjang kumpulan cacat masih berada pada cacat maksimum sesuai kriteria penerimaan yang dipakai
·         Linear indication atau cacat memanjang
Merupakan cacat yang tidak diperbolehkan sama sekali (retak, penembusan kurang, peleburan kurang) 
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWK7MJDi4WWiCnpHl89wLFzRuTze7uT08I04UAP8jQINVEibwtF594jMQ56Z54bxs3mL9lIugUvhA21QIBuuAntM52rQKuT4zyPoFFtm1fMWK4xke7u-I-QdulOryG4VuLOa1FJaNHTUA/s320/cacat.jpg

Berikut adalah macam-macam cacat las :
·         ·         Undercut
Oleh karena itu setiap proses pengelasan harus diikuti rangkaian pemeriksaan seperti :

1.    Penetrant Test
Suatu metode NDT yang cepat dan handal untuk mendeteksi cacat pada permukaan yang terbuka dari suatu hasil pengelasan yang terbuat dari material yang   nonporous dan yang mempunyai cacat yang terlalu kecil untuk dapat dideteksi dengan pemeriksaan visual yang biasa.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1OgBYQ6HPNfKDcO6pxtdw0EGGayRFQ0pc74Savla1qz4tguB6vBfNoiDk7g3IVaBlO1ZAGi-NtXw89CsO6eUtNmKJn1xRiMxBxiM-Pp8YDLjsLGtgqqLbb7nXvJkMUJ4BwYr53y84Pwg/s320/cairan+DYE.jpg
Gambar  a. Pengaplikasian cairan DYE




Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg_YXGsvHrGicH7kFxgPJB5cvRkl1Qz2dxSvy7Sc4o_H7d702SQgg3piUqQw9y0TM_qjssWe6jOrwVidIxNSEmJU0VGXYrTOfj-kwDQXX2-i3JhoqpSxLNnScgayVNRQ5aDyQPMJb5VrY/s320/cairan+developer.jpg
b. Setelah pengaplikasian cairan developer


Langkah – langkah melakukan uji penetran yaitu :
1. Daerah yang di las hingga Heat Effectif Zone dibersihkan terlebih dahulu menggunakan sikat kawat.
2 . Setelahnya dibersihkan menggunakan cairan cleaner
3. Cairan penetran dilapiskan didaerah tersebut dan didiamkan selama 10 – 15 menit. Hal ini bertujuan agar cairan penetran menempel di tempat-tempat terjadinya cacat las.
4.   Cairan penetran dihilangkan dari dari daerah tersebut.
5.  Kemudian absorber disemprotkan ke daerah yang telah dibersihkan tadi
6. Apabila terlihat cairan merah artinya ada cacat las seperti porositas dan undercutting  didaerah tersebut
7. Untuk menghilangkan hal ini dilakukan penggerindaan jika porositasnya tipis. Namun apabila porositas yang terjadi dalam, harus dilakukan pengelasan ulang.
Dalam pengaplikasian NDT jenis ini, yang paling penting bagi seorang Inspector adalah  kejelian dalam  membedakan indikasi antara murni cacat las dan  indikasi palsu. Hal ini karena proses pembersihan pra pelaksanaan test sangat vital bagi test penetran, apabila pembersihan tidak sempurna akan muncul indikasi palsu. Gambar C di bawah merupakan indikasi tipuan cacat las.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDPIQCUix-jPzHEZVC4HWgR33kJHJwgZ_g7PxMeykLn_Gum7RLB0TriVto_FtiMX0cs6H_srJ5dBnLhccjAByc7y9GggXziITEjMrur2PaZ2uKT2SlQX5Yzx2heu0haWfVuLDbTXqLhCg/s320/tipuan.jpg
Gambar  c. Contoh Indikasi Palsu pada Penetran Test
 
2.       Ultrasonic Test
Inspeksi Ultrasonik merupakan suatu metode NDT yang sangat sensitif untuk menginspeksi hasil pengelasan yang terbuat dari metal, non metal, dan non magnetik. Dengan  metoda ultrasonik ini, dapat diketahui estimasi letak dan ukuran cacat yang kecil walaupun hanya satu sisi permukaan hasil pengelasan yang dapat diakses serta mampu mendeteksi cacat internal, cacat di permukaan, dan  menentukan karaktersitik perekatan (bond characteristic), juga untuk mengukur ketebalan dan lebar korosi. Kesusksesan dari inspeksi ultrasonik sangat tergantung pada kondisi permukaan subjek, ukuran butir dan arah butir, dan impedansi magnetik.
Prosedur pelaksanaan ultrasonic test :
a.       Melakukan penggerindaan pada daerah yang akan diuji
b.      Persiapan peralatan, melakukan pengaturan pada alat ultrasonic
c.       Membasahi bagian las-lasan yang akan diamati dengan ultra gel.
d.      Mengarahkan bagian prop dari alat ultasonic ke sasaran yang akan diamati.
e.       Mengamati tampilan pada layar apakah terdapat gelombang yang terindikasi sebagai cacat las.
f.       Menandai dengan steel marker apabila terdapat cacat las.
3.       Radiographic Test
Inspeksi Radiographic merupakan suatu metode NDT yang sangat sensitif untuk menginspeksi hasil pengelasan. Metoda Radiographic ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudaian direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat pada material maka intensitas yang terekam pada film tentu akan bervariasi. Hasil rekaman pada film ini lah yang akan memeprlihatkan bagian material yang mengalami cacat.
4.Vacuum Test
Vacuum test merupakan salah satu cara untuk menguji hasil pengelasan. Dengan vacuum test ini dapat diketahui ada tidak tidaknya kebocoran pada hasil pengelasan. Vacuum test dilakukan pada hasil pengelasan yang hanya satu sisi pengelasan yang dapat dilihat dan umumnya digunakan sebagai  tempat yang berfungsi sebagai fluida strorage tank.
Berikut adalah prosedur  vacuum test
a.       Permukaan las dibersihkan dari segala macam kotoran dan debu
b.      Permukaan las dilumuri dengan air sabun

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0ue251v5Ku_CECFWQLFUB4MUHqPCZq0CJW6oVXJ5KcMag1Z6x2PloG1sM1FxtoAUFiEc6SO0KVgUdpVMUagmyDf7898qEYiGZ6ltgkQFQIPrrPGhRnPuLBhtYLBYKp_0axj72Vu2k24s/s320/air+sabun.jpg
             Gambar 5 d. Permukaan Las Dilumuri Air Sabun
c. Permukaan las yang sudah dilumuri sabun ditutup dengan menggunakan Inspeksion Box.
b. Mesin vacuum dihidupkan dengan tekanan berkisar antara 262 – 400 mm Hg.
d. Apabila ada kebocoran pada hasil las maka akan muncul gelembung – gelembung air sabun
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje6Allad6sBmJNuKUXX-JTAJ0JIKMGsMQJxiEpl2jKm4V6f_lsHQPfvT_8oMA5823ekEvxR7C8i1OqqOcVgPUT7w6CiHoagCa1hCWk9WSaz_FZgSdxAX2b8-pNky_ICG_iKVb3HvYI2eg/s320/gelembung.jpg
       Gambar e. permukaan las ditutup inspection box
Tidak ada toleransi sekecil apa pun apabila terjadi kebocoran dan solusinya adalah harus dilakukan pengelasan ulang hingga tidak ada lagi kebocoran.
5. Leak Test
Leak test merupakan salah satu jenis pengujian las yang digunakan untuk mengetahui ada tidak nya kebocoran pada hasil lasan. Pengujian jenis ini hanya bisa dilakukan untuk bidang lasan yang kedua sisi nya dapat diamati.

http://tulisangurumesin.blogspot.com/2012/08/cacat-cacat-pada-proses-pengelasan.html?showComment=1369315740819#c2265719208647186039

Rabu, 15 Mei 2013

LAS BUSUR LISTRIK

LAS BUSUR LISTRIK
bahan yang saya posting ini referensinya adalah buku petunjuk praktikum Proses Produksi yang di sususn oleh tim asisten praktikum Proses Produksi.
Tujuan
Melatih ketrampilan praktikan di bidang las busur listrik dan memberikan pengetahuan dasarnya sehingga dapat memahami prosedur pelaksanannya dengan benar.
 Dasar Teori
Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung.
Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.
 Pembentukan busur listrik proses penyulutan
 Pembentukan Busur Listrik
Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda).
Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
1. kawat inti
2. selubung elektroda
3. busur listrik
4. pemindahan logam
5. gas pelindung
6. terak
7. kampuh las
Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan.
Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las.
Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang terus menerus menetes.
Proses penyulutan
Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).
MenyalaKan busur listrik
Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan menghubungkan singkat ujung elektroda dengan logam induk (yang akan dilas) dan segera memisahkan lagi pada jarak yang pendek, hal tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara seperti pada gambar di bawah ini :
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk.
b. Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan logam induk.
c. Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah penampang tadi.
Memadamkan busur listrik
Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring.
Pemadaman busur sebaiknya tidak dilakukan ditengah-tengah kawah las tetapi agak berputar sedikit seperti pada gambar di bawah ini :
Alat dan Bahan
a.       Mesin las listrik
b.       Palu las
c.       Tang
d.       Tang penjepit
e.       Elektroda
f.        Kacamata las listrik
g.       Mistar baja
h.      Penyiku
i.         Stopwatch
j.         Sarung tangan
k.       Sikat besi
Cara Kerja
Persiapan
a. Sebelum pekerjaan dimulai, menyiapkan dan memeriksa alat utamanya dan semua peralatan bantunya.
b. Memakai alat-alat pelindung yang sudah disediakan yaitu kacamata las listrik.
c. Menyiapkan benda kerja dan elektrodanya.
d. Memasang elektroda pada penjepitnya dan memasang penjepit benda kerja pada benda kerja (bisa pada meja kerjanya). Memperhatikan sebelum mesin las dihidupkan, letak dari penjepit elektroda jangan sampai menempel penjepit logam atau logam induknya.
e. Mengatur besarnya arus dengan memutar handel pada mesin las, dengan memperhatikan besarnya diameter elektroda, sesuai dengan tabel yang sudah ada.
Pelaksanaan
(1) Latihan menyalakan busur listrik dan membuat rigi-rigi las serta mengatur panjang busur (jarak antara ujung elektroda ke benda kerja).
a. Bila panjang busur tepat (kurang lebih garis tengah elektroda) dan kecepatan pengelasan yang tepat maka akan menghasilkan bunyi mendesis yang tetap dan halus (tidak meledak-ledak) dengan lebar jalur las sebesar kurang lebih dua kali garis tengah elektroda, karena cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik.
Hasilnya rigi-rigi las yang halus dan baik, tembusan las yang baik, dan terak halus dan mengkilat.
b. Bila busur terlalu panjang, maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola (percikan-percikan kecil) dari cairan elektroda.
Hasilnya rigi-rigi las kasar, tembusan las dangkal (melebar), dan percikan teraknya kasar.
c. Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, kalau terjadi kontak butiran logam cair yang menyambung elektroda dan logam induknya maka akan terjadi hubungan singkat dan busur akan mati, sehingga elektroda akan menempel kuat pada benda kerja.
(2) Posisi Elektroda
Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus yang biasanya dengan mesin las konvensional maka posisi elektroda terhadap benda kerja berdasarkan eksperimen dan pengalaman yang paling baik hasilnya adalah yang sebagai berikut :
a. Posisi elektroda bersudut 70° -80° dengan arah memanjang las dan bersudut 90° arah melintang las.
b. Melatih gerakan-gerakan tangan dengan arah. memutar arah kanan maupun kiri dengan diameter yang relatif kecil.
c. Elektroda pada ujungnya akan mencair secara kontinyu sehingga perlu digerakkan searah dengan sumbunya secara kontinyu pula.
(3) Gerakan Elektroda.
Gerakan-gerakan elektroda pada pengelasan ada dua cara yaitu :
a. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.
b. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda.
Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak (panjang busur) agar tetap, hal tersebut disebabkan karena busur pada ujungnya mencair terus menerus sehingga mengalami pemendekan.
c. Gerakan ayunan elektroda.
Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.
(4) Pengaruh kecepatan elektroda.
Kecepatan menggerakkan elektroda harus stabil, sehingga menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus.
a. Jika elektroda digerakkan terlalu lambat akan didapatkan jalur yang lebar, kasar dan kuat tetapi dapat menimbulkan kerusakan sisi las (pada logam induknya).
b. Jika elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan lasnya dangkal karena kurangnya waktu pemanasan bahan dasar dan kurangnya waktu untuk cairan elektroda menembus bahan dasar.
c. Jika kecepatan geraknya elektroda tepat, daerah perpaduan dengan bahan dasar dan tembusan lasnya baik.
Kesehatan dan keselamatan kerja
a. Arus Listrik
Bekerja dengan menggunakan energi listrik kita tidak perlu takut tetapi jangan sembrono. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian :
1. Harus dijaga agar jangan sampai terjadi korslet (hubungan singkat) arus listrik, hindarkan agar kabel tidak terluka oleh benda tajam atau api, jauhkan penjepit elektroda dari logam lain, sambung-sambungan dan terminal-terminal kabel harus benar-benar kuat.
2. Bahaya terkena sengatan arus listrik oleh alat las relatif kecil karena tegangan yang dihasilkan cukup rendah (pada alat ini 30-78 volt).
b. Nyala Busur Listrik
Busur listrik yang terjadi akan menghasilkan panas yang cukup besar sehingga logam yang dilas akan mencair dengan cepat pada bagian yang terkena busur listrik.
Yang perlu diperhatikan adalah :
1. Busur listrik akan disertai percikan-percikan api yang dapat melukai kulit.
2. Busur listrik akan juga mengeluarkan sinar ultraviolet dan infra merah denga intensitas yang cukup tinggi.
Kedua sinar tersebut sangat membahayakan bagi kesehatan mata dan kulit jika lama-lama terkena langsung. Akibat dari radiasi kedua sinar tersebut adalah mata akan pedih dan akan mengeluarkan air mata, jika lebih lanjut mata akan rusak bahkan akan terjadi iritasi dan kebutaan. Dengan demikian memakai pelindung mata adalah keharusan.
c. Gas atau Asap Pengelasan
Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus ini akan dihasilkan asap atau gas yang cukup banyak. Asap tersebut berfungsi untuk melindungi logam cair terhadap oksidasi oksigen dari udara. Gas atau asap tersebut jika dihirup dalam waktu yang panjang akan merusak kesehatan bahkan dapat meracuni darah. Oleh sebab itu harus ada pelindung terhadap gas tersebut untuk mengusir gas tersebut dari ruang pengelasan yang tertutup dengan blower.

http://januarsutrisnoyayan.wordpress.com/2008/11/29/las-busur-listrik/